💡

Sense of Belonging di dalam Organisasi

Juni 09, 2020


Pernah gak lu waktu kecil merasa diasingkan dari geng pertemanan anak-anak keren di daerah rumah?.

Kaya yang dialami anak ini, dia merasa teman-temannya nganggep "lu gak keren buat gaul bareng kita", karena tiap ada permainan hanya anak ini yang selalu dijadiin anak bawang.

Terus akhirnya seiring bertambah usia anak kecil itu merasa "udah gak asik ah main bareng mereka", Karena dia selalu merasa diasingkan dan selalu dijadiin anak bawang.

Anak itu beranjak remaja menjadi anak edgy yang kerjanya main komputer dan nonton anime dari pagi sampai pagi lagi.

Dia merasa tak ada tempat yang pantas baginya, tak ada yang bisa menerimanya dan ia pun sudah tak biasa bergaul dengan anak seusianya, selamat ia mendapatkan skill social anxiety disorder.



Ilustrasi diatas mungkin somehow bisa ada hubungannya dengan yang akan kita bahas kali ini, yaitu sense of belonging atau rasa memiliki di dalam organisasi.

Organisasi memiliki suatu tujuan terencana, anggota di dalamnya merupakan orang-orang yang akan berusaha mewujudkan rencana yang ditetapkan agar kemudian dapat tercapai.

Anggota di dalamnya agar dapat mewujudkan rencana harus mampu bekerja sama dengan anggota yang lain. Salah satu kebutuhan manusia berdasarkan Maslow Hierarchy (1943) adalah Belongingness.
Belongingness adalah rasa memiliki di dalam hubungan sosial, merasa asik berteman dalam suatu kelompok adalah tanda kamu sudah mendapatkan kebutuhan ini

Jika anggota kebanyakan orang-orang yang kurang percaya diri dan insecure maka yang terjadi adalah, sense of belonging ini tak akan terpenuhi di dalam diri anggota ini, karena para anggota masih merasa tidak aman terhadap dirinya dan masih mencari stabilitas dalam dirinya atau di lingkungan organisasi.

Organisasi sebaiknya mampu mendorong agar kebutuhan anggota sampai ke level yang cukup tinggi, sehingga akan banyak dari anggota yang terlihat pencapaian luar biasa, dan kemudian akhirnya meningkatkan performa organisasi secara keseluruhan.

Bagaimana suatu organisasi mampu memenuhi kebutuhan emosional anggotanya?, terutama sense of belonging apabila diasumsikan seluruh anggota organisasi telah terpenuhi kebutuhan fisik, makan minuman dan rasa keamanan lahir batin atas dirinya.

Sense of belonging ini ada hubungannya dengan cinta, sebagai anggota organisasi apabila ia tidak mencintai lingkungannya dan orang-orang di dalam organisasi tersebut, maka ia akan merasa kurang dengan lingkungan organisasi yang dimana ia didalamnya dan ia cenderung akan mencari organisasi baru dimana ia beranggapan disana ia akan dapat mencintai dan dicintai.

Ada hubungannya dengan teori attachmentyang kita bahas kemarin sebenarnya, Baumeister dan Leary beranggapan bahwa setiap keinginan yang dilakukan manusia seperti ingin jabatan, kekayaan, pencapaian, relasi, kedekatan itu semua didorong oleh the need to belong atau singkatnya kita ingin diterima, merasa dibutuhkan atau merasa menjadi bagian dari suatu hal yang penting. Dalam attachment theory kita belajar tipe individu yang insecure dan merasa orang l

Banyak orang ingin selalu relevan, tidak ingin dirinya dianggap remah-remah kuaci di lingkungan sosialnya, mereka ingin bermakna bagi yang lain.

Agar dapat merasa bermakna bagi lingkungan sosialnya, individu menjalin ikatan sosial dengan individu yang lain khususnya dalam organisasi, ikatan hubungan yang terjalin antara individu bisa bermacam macam bentuknya seperti yang kita bahas di attachment theory kemarin, ada yang insecure ada yang tidak.

Namun sense of belonging ini bukan hanya sekedar keinginan untuk menjalin sosial antara individu atau sekedar kebutuhan interaksi sosial, namun lebih ke persepsi individu ke suatu ikatan sosial yang terjalin antara anggota di organisasi, anggota perlu mengetahui bahwa ia juga dicintai oleh yang lainnya.

Menjalin ikatan sosial sangat mudah bagi beberapa individu, berkenalan dengan orang asing kemudian mendapat teman baru, namun sense of belonging dalam suatu lingkungan sosial yang besar seperti organisasi diperlukan usaha yang lebih lagi. Organisasi yang dipimpin oleh leader yang kharismatik dan mampu mengorganisir tugas dengan baik, akan memotivasi anggota organisasi di dalamnya untuk berkooperasi dan bekerja sama demi mencapai tujuan kolektif dengan semangat altruisme (mementingkan kepentingan bersama dibanding kepentingan pribadi).

Orang dengan karakter mudah cemas, insecure (minder), atau sinis mungkin sulit bagi dirinya merasa bagian dari kelompok sosial yang ada, orang seperti ini memiliki persepsi bahwa dirinya tidak cukup pantas bergabung diantara anggota organisasi, misalnya anggota baru yang berasal dari luar provinsi merasa gagal beradaptasi dengan gaya bergaul anggota lain yang berbeda dengan dirinya, anggota baru ini jika gagal memenuhi kebutuhan sense of belonging di dalam organisasinya, individiu seperti ini lebih memilih menarik diri karena prasangka awal yang tidak baik.

Menurut van Prooijen dan kawan-kawan (2004), individu menentukan belongingness berdasarkan kemampuannya berkontribusi terhadap grup sosial atau organisasi, boleh jadi orang ini minder dan tak merasa bagian dari organisasi karena bidang ilmunya berbeda dengan anggota lain dan ia tak mampu menyesuaikan diri, sehingga belongingness individu ini tak terpenuhi di dalam organisasi.

De Cremer dan Blader (2006) menemukan bahwa ketika individu memiliki sense of belonging yang tinggi, mereka memproses informasi tentang pengambilan keputusan yang adil dengan cara yang lebih hati-hati dan sistematis. Ini berarti bahwa ketika orang merasakan belongingness dalam organisasi, mereka lebih cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan yang adil bagi organisasi dan dirinya sendiri.

Sense of belonging pada orang-orang depresi sangat menghawatirkan, mereka berpikir bahwa tak ada tempat yang pantas bagi dirinya di dunia ini, bukan suatu organisasi atau kelompok sosial tertentu, melainkan ia beranggapan bahwa tak ada tempat bagi dirinya di dunia dan seisianya, ini merupakan alasan kebanyakan teman-teman depresi yang selalu memiliki keinginan suicide[Citation needed].

Orang-orang dalam banyak kasus sangat menghindari memutuskan ikatan sosial, mereka takut berpisah dari suatu hubungan yang sudah rusak dan menuju ke penderitaan. Contohnya, banyak wanita yang takut meninggalkan pasangan/pacar abusifnya karena alasan bervariasi entah karena ekonomi, atau merasa sudah terikat selamanya karena cinta. Ketidakinginan meninggalkan pasangan abusifnya ini baik secara fisik atau psikis adalah suatu tanda kekuatan rasa ingin memiliki (sense of belonging) dan betapa kerasnya individu ini mempertahankan ikatan ini. Melepaskan ikatan memang menyebabkan rasa sakit hal ini berakar karena kebutuhan manusia untuk rasa memiliki. (bacaan lanjutan bisa lihat attachment theory, hehe)



Untuk meningkatkan sense of belonging anggota di dalam organisasi, banyak cara telah dipraktekkan misalnya outbound, knowledge sharing, malam keakraban mungkin, hal ini memang bagus namun lebih baik lagi kita mencari cara yang tepat dan cocok diterapkan. Oleh karena itu diperlukan analisa yang baik dan menjalin komunikasi antara anggota organisasi untuk menentukan metode mana yang paling pas diterapkan.

Agar keakraban antara anggota kelompok bukan sekedar jargon, setiap anggota memang harus memiliki pemahaman yang baik untuk mewujudkan tujuan bersama di dalam organisasi, dengan berusaha memenuhi kebutuhan orang banyak dan menciptakan lingkungan yang terbuka serta bersahabat, tentu banyak orang akan merasa nyaman dan merasa bangga menjadi bagian dari suatu organisasi.

Namun ada yang namanya in-group favoritism, nah ini akan dibahas minggu depan karena aku belum ngerti juga gimana hehehe.