💡

Manusia Mencari Penyatuan Diri

Oktober 02, 2022


Manusia selalu mencari penyatuan diri, pencarian penyatuan diri ini dimulai ketika ia sejak lahir ke dunia ini, karena sesungguhnya kita memang terlahir ke dunia disebabkan oleh akibat si ibu dan si bapak bersatu.

Saat manusia masih kecil yang belum mengenal dan mengerti kata aku, belum mengenal konsep diri dan yang ia tau hanyalah kebutuhan nalurinya terpenuhi, ketika ia haus dia menangis kemudian sang ibu menyusuinya, ketika ia memperoleh kesadaran diri sendiri dan menyadari dan mengerti kata "aku", ia sadar bahwa kesadarannya terbatas dari sudut pandang egonya sendiri, ia tak bisa masuk ke kesadaran orang lain kemudian dengan ini dimulailah petualangannya.

Anak kecil yang sudah melewati fase cermin kemudian barulah ia mulai menyadari konsep diri. Pertama-tama anak mulai belajar berbicara, dari situ ia mencoba mencari penyatuan diri, berusaha terhubung dengan lainnya lewat bahasa, ia berusaha untuk mengerti dan merasa simpati terhadap orangtuanya, saudaranya, teman seumurannya.

Perkembangan psikologis manusia tak berhenti disini namun manusia dewasa tak banyak berbeda dalam beberapa hal seperti anak kecil, salah satunya yaitu selalu mencari penyatuan diri, namun caranya saja yang mengalami perkembangan, manusia dewasa mulai mencari penyatuan diri lewat banyak hal, ada yang menyukai alam, ia berusaha merasa satu dengan alam, berusaha mengerti tentang ilmu alam, merasakan keindahan alam dan lain sebagainya.

Ada yang mencari penyatuan diri dengan kesenangan lewat mengkonsumsi candu, kemewahan, dengan obat-obatan yang membawa kesenangan sementara bagi dirinya. Hal ini hanyalah cara, terlepas dari mana yang lebih baik atau buruk, semuanya subjektif. Moralitaslah yang mengatur mana baik dan buruk berdasarkan power yang berkuasa, dan kemudian akhirnya perlahan menjadi konstruksi sosial di dalam peradaban manusia hingga sekarang.

Sebagai contoh sederhana, coba pikirkan apakah merokok itu baik bagi kesehatan?, kita sudah tau merokok itu buruk untuk kesehatan namun hukum negara dan etika bisa berbeda-beda di berbagai tempat, ada yang anti dan ada yang meromantisasi merokok, hal ini menunjukkan moralitas bukan hal yang universal absolut. Moralitas ditentukan oleh dimana power berada, nilai yang dianut oleh kebanyakan orang dipengaruhi oleh power yang paling kuat.

Manusia berusaha mencari penyatuan diri, atas nama bangsa, suku, keluarga, atau komunitas tertentu. Apakah ada manusia waras yang benar-benar hidup dalam subjektivitas absolutnya?, mungkinkah subjektivitas absolut itu ada?, menurut hemat saya (kalau hemat berarti tidak boros wkwkwk), sejak lahir saja kesadaran manusia sudah dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan.

Tak ada entitas independen yang terbebas dari sebab akibat di dunia ini. jika ada yang berkata, aku hidup berbeda, dengan jalan asketis, menjauh dari kenikmatan dunia, menjalani hidup seperti buddha, menjadi diri sendiri, mengosongkan pikiran, hal itu juga disebut penyatuan diri, itu juga salah satu usaha manusia dalam penyatuan diri, ia berusaha menjadi satu dengan raganya dan pikirannya. tak ada entitas tunggal yang memilika subjektivitas absolut. semua saling mempengaruh dan dipengaruhi, mungkin yang mampu memiliki kesadaran tunggal hanyalah yang maha kuasa tuhan.