💡

Menghadapi Insekuritas Sekaligus Merayakannya

April 29, 2023
Apa yang kamu lakukan ketika merasa hilang arah atau merasa terhenti?, tidak, apa yang kau rasakan sekarang? mungkin jawaban mudahnya adalah tidak tahu, ya benar kita bingung dengan apa yang kita rasakan, emosi sulit terwakilkan dengan hanya satu kata, yang dapat kita rasakan sangat kompleks sehingga sangat remeh untuk mendeskripsikannya hanya dengan satu kata, oleh karena itu aku setelah beberapa hari ini beristirahat dari berpikir lebih dalam dan terjebak dalam lautan emosi yang agaknya menghanyutkan, dapat dilihat dari belakangan ini berat badanku bertambah dan daya tahan tubuh melemah, terima kasih berkat rutinitas hidup yang jelek hahaha.



Sudah dua minggu sepertinya aku berniat menuliskannya disini namun baru saja kumulai sekarang pada pukul 4.30 subuh, belakangan ini apa yang terjadi?, hari raya Idul Fitri, libur dari pekerjaan, ya itulah yang terjadi sepertinya. Mungkin selalu seperti ini momen lebaran yang seharusnya menjadi momen semangat bersosial, bertemu dengan teman-teman, bertemu orang-orang yang disayangi dan bermaaf-maafan, bermaaf-maafan dengan orang tua sudah kulakukan, namun bertemu dengan teman-teman dan orang-orang yang kusayangi tidak kulakukan dan tidak pula ada yang menemuiku wkwkwk ya gapapa, seminggu libur kuhabiskan dengan mengurung diri di kamar.

Aku tidak ingin banyak-banyak merasionalkan perasaanku untuk saat ini seperti yang sudah-sudah pada tulisan sebelumnya, aku akan berusaha menumpahkan apa yang kurasakan kedalam tulisan secara gamblang.

Namun sejenak saat ini aku berpikir, perasaan ini pun tidaklah terlalu penting sebenarnya, aku takut terlalu meromantisasikan apa yang kurasakan, tapi yaudahlah ya biar tulisan ini jadi bahan bacaan di masa depan buatku sendiri khususnya, mungkin bisa dianalisis kondisi psikologisnya seperti apa lewat pemilihan kata dan kalimat yang aku tulis secara spontan uhuy tanpa kerangka tulisan ini.

Sepertinya aku orang yang kontradiktif kepada diri sendiri, baru tadi aku mengatakan tidak ingin merasionalkan perasaan, kini aku menebak-nebak dan berasumsi kepada diri sendiri dengan berbagai teori yang terasa logis di kepalaku hahahah, mungkin aku butuh terapi kembali lewat memperbanyak mengkonsumsi bacaan yang baik untuk kupikirkan, dibanding melihat reels, tiktok seharian, atau memang terima saja life is absurd.

Yasudahlah ya, jadi yang kusadari adalah benar gaya hidup, jam tidur, jam makan, kacau belakangan ini, mungkin seperti balas dendam dari rutinitas kerja yang membosankan sebelumnya, liburan lebaran kali ini kuhabiskan dengan menutup diri dan tak ingin bersosial, rasaku ini cukup sering terjadi setiap lebaran khususnya, momen diriku banyak merenungi kehidupan yang kulalui, entah baik atau buruk tapi aku akan tetap menikmati absurditas kehidupan.

Aku rasa aku sebenarnya bisa menginginkan dan menciptakan untuk merasakan apapun yang kumau, karena pada saat sekarang tidak ada keadaan yang terlalu mendesak yang mengancam diriku secara emosional maupun fisik secara langsung, hanya hanyut dalam kecemasan namun aku menikmatinya mungkin, seminggu terakhir aku sepertinya merepotkan ayang aku yang sedang mudik dengan cerita-ceritaku lewat chat sepertinya berpotensi memberikan perasaan sedih, namun kuharap ayang aku kuat menghadapi aku yang sedang dilanda insekuritas hidup, aku senang bisa berbagi keresahan kepada orang yang aku sayangi hehehe.

Benar bahwa aku sangat merasa tidak aman dan banyak kekhawatiran saat aku mengurung diri di kamar saat libur lebaran kemarin, biasanya aku santai saja apabila lama di kamar dan liburan, seperti saat aku menjadi nganggurpreneur sejati sepanjang 2022 kemarin. Aku merasa dihantui oleh angan-anganku sendiri, ekspektasiku untuk mendukung keluarga sebagai anak sulung, membawa ayang jalan-jalan, motor yang ga kusempatkan pergi servis, merasa pendapatanku tidak cukup padahal seharusnya cukup-cukup saja, mungkin aku tidak sabaran.

Terjebak di dalam fatalis dan menjadi cacing tanah hahaha tapi enak sih, saat merasa down inilah aku mungkin bisa lebih paham kondisi diriku terkini dan merasa akrab kembali dengan gusri, akibat dikebaskan oleh rutinitas yang membuat jemu, pekerjaan yang terasa tak ada masa depannya, kemampuanku untuk menambah uang tidak terlalu mengalami perkembangan, merasa diri tidak berharga dan tak berani menggenggam hidup, aku suka bilang momen saat ini krisis keimanan wkwkwk.

Saat merasa tidak aman banyak kekhawatiran muncul, takut akan kehilangan, takut kesedihan, takut disakiti, banyak takutnya lah seperti yang dibilang orang-orang kalau Generasi Z itu emang banyak takutnya, takut tambah dewasalah, takut tambah kecewa, inilah itulah wkwkwk, tapi memang iya mungkin itu cara kami mengekspresikan keresahan, in the end we are just human sih ya, samalah kaya kamu aku abang kamu bapak dan kakek kamu yang bisa membaca ini.

Ketika hadir perasaan takut dan tidak aman ini, jika tidak mampu menghadapinya dengan bijak, itu bisa menciptakan bencana yang tidak asik di kehidupan, mungkin karena kamu takut disakiti maka kamu memilih untuk menyakiti terlebih dahulu, atau karena takut kehilangan kamu memilih kabur dan memilih untuk menyendiri dan tidak ingin siapa-siapa di kehidupanmu, takut kesedihan maka kamu tidak bisa menerima kesenangan ketika hal itu dihadirkan di kehidupanmu, penuh perasaan tidak aman dan tidak percaya pada apapun.

Generasi Z yaitu kelahiran 1997-2012 sedang memasuki usia sangat produktifnya saat ini, mereka sudah menghadapi masa kerja dan beberapa sudah menopang ekonomi keluarganya, wajar saja apabila perasaan takut itu muncul, mereka sedang sangat butuh sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri untuk dipercaya agar ia mampu melangsungkan hidup, entah itu prinsip, orang yang dicintai, agama, komunitas, identitas, kelompok. Menurutku semakin banyak ragam kepercayaan yang muncul pada masa kebanjiran informasi sekarang ini.

Namun ada satu kepercayaan yang terasa banyak dianut oleh kita sekarang yaitu uang, mungkin jaman kuliah atau sekolah uang belum begitu berarti bagiku (berarti bagi mak bapak wkwkwk). Makan gak makan yang penting kumpul, gak ada duit bisa sharing bareng temen buat beli jajan di warung yang bisa untuk menemani kita cerita dari pagi sampai pagi. Sekarang kita semua terasing berkat sistem ekonomi kita yang bagus ini, lebih lagi slogan individualis sering digaungkan di internet, seperti "fokus mengubah apa yang bisa diri ini lakukan", "fokus diri sendiri", yang terkadang malah maknanya sering menjerumuskan kita menjadi "fokus memuaskan hasrat pribadi dan menang sendiri", "gapapalah licik dikit".



Ada juga yang menjadi influenser dan melabeli dirinya orang baik, menjadi orang baik tidak cukup jika hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang kaya, menjadi dermawan seperti mr buas, pak baim dan banyak lagi influenser kebaikan yang kita lihat sekarang ini. Kebanyakan orang juga ingin menjadi sukses agar bisa membantu sekitarnya, mereka sesungguhnya terpecah untuk membantu setiap kelompok kelompok kecil yang mereka sayangi, namun cukup bagus sih jika memang itu dilakukan dan berdampak baik pada sosial sekitarnya, sehingga banyak yang terbantu oleh mereka, namun kebanyakan yang aku lihat adalah untuk kepentingan bisnis agar menghasilkan keuntungan lebih banget bagi si dermawan baik.

Masalahnya sistem ekonomi kita sekarang terasa semakin seperti neraka, dan ketimpangan ekonomi semakin terasa, buruh memproduksi sesuatu yang menghasilkan nilai, si pemilik modal besar mengambil hasil kerja mereka untuk menumbuhkan kekayaannya dengan cara kurang adil, sebagai pekerja upah rendah dituntut untuk terus berinovasi agar ekonomi kapitalistik ini terus berjalan agar mempertahankan kekayaan si pemilik modal, pekerja terasing dengan apa yang ia ciptakan dan distribusi kekayaan akan semakin timpang.



Sudahlah aku lelah menyalahkan sistem, aku lelah untuk terus berinovasi, tapi aku harus melakukannya demi menghasilkan uang untuk masa depan kehidupanku, mau tidak mau harus enjoy capitalism. Menghasilkan uang bagaimanapun caranya, hingga akhirnya aku menjadi pemilik modal besar yang aku benci saat ini, menjadi seperti mereka yang memiliki sejuta kedok untuk terlihat mulia, merasa etis dengan segala cara ia memperoleh kekayaan.

Tidak, aku tidak membenci orang kaya secara individu pada umumnya, ada sih orang kaya yang aku benci zolim banget malah ke rakyatnya, kalian pasti juga tau itu siapa. Aku membenci situasi kita saat ini yang sedikit banyak membuat kita menjadi seperti ini, seharusnya kita bisa lebih baik lagi dengan memulai membentuk kesadaran bersama untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk kita, tidak melulu narasi individualistis yang disampaikan seperti bapak andrew tate dan sejenisnya. Entahlah aku orangnya juga pelit, individualis, tidak aktif digerakan rakyat, mungkin mereka najis melihatku menulis seperti ini.

Kenapa aku tidak menginginkan kita lebih individualis?, karena aku kesepian. Ya benar, aku merasa asing hidup di dunia ini, merasa sepi, merasa dikejar-kejar dan mengejar terburu-buru, aku merasa harus kompetitif agar terus hidup, aku ingin kabur dan menghilang di hutan jadi simpanse, berteman dengan simpanse, tapi aku pengen bawa ayang aku semoga dia mau ya wkwkwkw.

Keresahanku yang lain yaitu rasa kompetitif daripada kolaboratif, rasa ini membuatku dalam hubungan pertemanan pun ikut menjadi transaksional atau perhitungan dalam memberikan cinta dan kasih sayang karena takut rugi bos, time is money, gitukan katanya "invest ke orang-orang yang bisa ngasih kamu value lebih untuk bisa jadi lebih baik", "jangan temenan sama pengangguran". Itu yang menggangguku dan membuatku menginginkan sedikit teman, tapi itu terasa dibutuhkan dimasa sekarang ini, aku tidak bisa membayangkan diriku ketika aku tidak punya apa-apa mungkin sangat langka yang mau menoleh kepadaku untuk membantu dengan tulus.

Ini berdampak pada diriku secara sosial, entah penilaian dan pertimbanganku yang salah boleh dikritik, namun langkah yang terasa benar di zaman ini begitu jika kita saling mengejar keuntungan, aku mungkin sedang berhenti menjadi pribadi yang luwes dan mau menghabiskan waktu lama-lama bersosial. Sekarang aku hanya menemukan rasa nyaman itu saat aku sendiri dan bersama ayangku, terasa damai bagiku jalan-jalan keliling naik supra bareng ayang ketawa-ketawa, duduk-duduk cerita, berbagi cinta dan kasih sayang. Gilasih hidup terasa ringan saat ada rasa kebersamaan itu benar adanya, pengalaman hidup terasa lebih memuaskan, ada suka maupun duka tetap enjoy, karena aku diliputi perasaan yakin dan percaya memberi cinta.

Namun apabila mungkin nanti kita memang sudah tidak baik untuk terus sejalan dan berkeyakinan untuk tetap bersama, aku akan sangat bersyukur pernah mencintai dan dicintai oleh kamu di kehidupanku yang sebentar ini. apapun itu, itulah yang terbaik di hidup kita. Tapi aku selalu memilih percaya hingga suatu saat nanti alangkah beruntungnya jika hanya kematian yang bisa memisahkan.



Semoga kita bisa sama-sama dealing dan baik untuk satu sama lain walau krisis kadang melanda, semoga kita terus bisa benar-benar mencintai dan menguatkan satu sama lain. Kita berdua tidak bisa kabur dari kondisi hidup kita yang penuh tekanan dan perubahan, itulah cinta tak melulu indah saja dan memang begitu, semua kita upayakan dengan kerjasama didalam hubungan, ketika semuanya tampak lebih rumit, sulit untuk memiliki keyakinan, I love you sayang, thank you.

Jatuh cinta itu biasa saja.
Biasa saja itu terdengar bagus menurutku,
Karena sebagian besar hidupku memang biasa saja,
Aku ingin lebih mengapresiasi sebagian besar hidupku.
Tidak kewalahan dikejar rasa takut.
Biasa saja.

menurutmu?